Selasa, 23 Mei 2017

Jalu's Coaching Diary: Keep Your Parents Out of The Ground

Mungkin saya salah satu orang yang diberkahi kenikmatan luar biasa. Ibu saya mantan pemain nasional, Ayah saya peraih medali emas PON. Saya memang selalu ada di bawah bayang-bayang kedua orang tua saya. Label "Anak Ratih" atau "Anak Budi" sudah biasa saya dengar. Simpelnya, I'm not as good as my parents.

Akan tetapi, saya sangat bersyukur memiliki dua orangtua yang dihormati dan disegani di dunia baseball-softball. Saya tidak perlu berhadapan dengan orangtua yang sok tahu dan sok jago seperti kawan-kawan saya yang lain.

Dulu, Ayah dan Ibu saya selalu mengantar saya ke Pintu Satu, Senayan. Hampir setiap minggu mereka datang mengantar dan menonton saya berlatih. Setiap pertandingan pun salah satu dari mereka selalu datang. Apa yang mereka lakukan? Diam. Ya, Ayah dan Ibu saya tidak seperti orangtua lain yang menganggap memukul bola dari pitcher itu mudah. Tidak seperti orangtua lain yang merasa dirinya lebih tahu dibanding pelatih yang memimpin tim saya. Tidak seperti orangtua lain yang merasa anaknya harus bermain sebagai pitcher atau shortstop. Tidak seperti orangtua lain yang memaksa anaknya harus masuk ke suatu tim.

Saya sangat bersyukur, walaupun saya kadang iri dengan kawan saya yang selalu dibela mati-matian oleh orangtuanya meskipun mereka bermain sangat buruk. Ayah saya selalu diam ketika saya bermain, seakan beliau tidak peduli anaknya strike-out tiga kali berturut-turut, seakan tidak peduli anaknya tidak bisa menangkap bola mudah, seakan tidak peduli anaknya melakukan hal bodoh di dalam lapangan. Itu hanya kulitnya saja. evaluasi tiga SKS setelah pertandingan hampir selalu ada di perjalanan pulang. Saya tidak pernah menangis di lapangan setelah pertandingan buruk, saya selalu menangis di mobil karena tiga SKS dari Ayah saya. Itu yang membedakan Ayah saya dengan ayah-ayah yang lain.

Meskipun Ayah dan Ibu saya adalah pemain yang luar biasa pada zaman mereka, tidak pernah sekalipun mereka mengintervensi kegiatan di dalam lapangan. Gila memang boleh saya bilang. Level mereka jauh di atas pelatih-pelatih saya dulu. Akan tetapi, mereka selalu tahu tempat dan situasi. Mereka tahu bahwa suatu tim tidak boleh diatur-atur kecuali oleh pelatih tim tersebut. Seburuk apapun pilihan dari pelatih saya, orangtua saya tidak pernah ikut campur kecuali ketika diminta.

Sekarang kita lihat sisi lain yang lebih gelap. Jadi awalnya begini, seorang anak SD tertarik bermain baseball setelah membaca komik Dorabase. Si anak ini meminta orangtuanya untuk mengantarnya ke Pintu Satu. Setelah si anak ini bermain, orangtua ini mulai mengerti bagian kulit terluar dari baseball. Dengan modal pengetahuan seadanya dari melihat si anak SD ini berlatih dan bermain, si orangtua ini mulai berkomentar bagaimana seharusnya ini dan itu di lapangan. Memang orang yang ilmunya masih cetek pasti omongnya paling besar. Kasus terekstremnya adalah si orangtua ini sampai ikut mengatur strategi dan pemilihan pemain dalam tim. Gila memang! Pelatih yang sudah belajar bertahun-tahun, melewati proses latihan dan melatih yang berat dan penuh tantangan bisa disetir oleh orang yang bahkan menjelaskan apa itu Strike dan Ball saja harus susah payah.

Kasus seperti ini tidak hanya satu atau dua. BANYAK!! Bukan maksud menggeneralisir, tetapi hampir semua orang tua yang tidak punya background baseball pasti paling vokal dan omongnya paling besar. SHUT UP! YOU PARENTS KNOW NOTHING! Baseball ini bukan persoalan pride orangtua, melainkan passion si anak! Let your kids play the game! Let them enjoy this beautiful game! Tugas anda hanya mengantar mereka ke lapangan dan biarkan pelatih membina anak anda. Anda juga tidak berhak memaksa anak anda bermain sebagai pitcher padahal anak anda lebih berpotensi di first base. Bermain di outfield juga bukan posisi yang hina, dear parents. Tidak semua anak bisa bermain di shortstop! Anak anda tidak secepat lemparan bola catcher, jangan paksa mereka untuk steal. Bunt bukanlah sesuatu yang hina apabila tim anak anda butuh run atau anak anda kesulitan dengan bola pitcher. Lebih baik walk dibanding pop out di centerfield! Anak anda tidak cocok bermain di batter satu atau empat, anak anda lebih cocok di dugout sambil ngemil. Anak anda bukan A-Rod, anak anda lebih condong ke Stephen Drew.

In terms of baseball knowledge, sebenarnya orangtua bisa belajar lewat textbook. Sayangnya, anda tidak berdiri di batter box, anda tidak mengejar bola di outfield, dan paling penting anda tidak berdiri di coach's box dan memberi kode serta mengatur strategi! Anda bukan yang paling tahu jadi tolong jangan sok tahu! Pelatih lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh tim. Saya tahu anda orang-orang kaya, tapi ketika di lapangan, pelatih lah yang punya kendali atas pertandingan! 

Satu lagi, belajarlah soal perkembangan baseball di Indonesia. Banyak pemain-pemain hebat di Indonesia yang menertawakan anda. Anda harus tahu juga pencapaian pelatih tim anak anda. Anda juga harus sadar bahwa pelatih-pelatih yang anda teriaki punya pengalaman bermain dan melatih yang jauh dari yang anda punya.

Tulisan ini untuk anda wahai orangtua sok tahu. Untuk orangtua yang berpikir untuk mengirim anak anda bermain baseball, jadilah orangtua yang bertanggung jawab dan cerdas. Jadilah orangtua yang sadar bahwa anak anda ingin bersenang-senang tanpa kendali anda.

Maaf kasar.