Rabu, 24 Juni 2015

Kebebasan Makan Yang Bertanggung Jawab

Baru-baru ini dunia maya Indonesia diramaikan dengan adanya kampanye "Dog is not food", idenya adalah untuk tidak memakan anjing yang sudah menjadi makanan adat dan tradisional di beberapa daerah di Indonesia. Begitu juga untuk kucing, banyak aktivis di dunia maya dan dunia nyata yang menentang ide bahwa kucing adalah binatang yang boleh dimakan walaupun saya belum pernah dengar adanya kaum pemakan kucing di Indonesia.

Saya sendiri adalah penyayang binatang, penyayang mamalia lucu yang sering dipelihara oleh orang-orang maksudnya. Saya sendiri memelihara kucing di rumah walaupun technically bukan kucing milik saya dan tinggal di rumah yang bukan milik saya melainkan milik paman dan bibi saya. Saya bahkan merasa diri saya lebih menyayangi binatang dibanding manusia. tidak ada air mata yang menetes ketika saya menonton film Schindler's List tetapi saya tidak tega menonton dokumenter tentang kekejaman manusia terhadap binatang ternak yang dirilis oleh suatu lembaga yang mengklaim diri mereka pelindung binatang.

Meskipun saya penyayang binatang, bukan berarti saya vegetarian atau vegan atau apapun yang berbau anti makan daging, jika di sebuah restoran saya disuguhkan caesar salad dan tenderloin steak sudah seratus persen saya akan memilih tenderloin steak ketimbang caesar salad walaupun saya bukan pembenci sayuran dan buah-buahan, tapi saya memilih tenderloin steak karena saya pecinta daging. Meat is love, meat is life, meat is not murder

Akhir-akhir ini saya sering membaca artikel tentang festival memakan anjing dan kucing di Cina Tiongkok, teknis dari festival itu sendiri saya tidak mengerti karena jelas saya bukan panitia ataupun donatur festival tersebut, apalagi saya tinggal di Indonesia. Yang saya tahu, inti dari festival tersebut adalah makan, dan yang dimakan adalah anjing dan kucing, kabarnya malah anjing dan kucing yang akan dimakan di festival tersebut berasal dari anjing dan kucing yang dicuri dari pemiliknya, dari gambar yang saya lihat beberapa anjing malah masih menggunakan kalung.

Dari yang saya baca dan gambar yang saya lihat di dunia maya, proses membunuh anjing dan kucing yang dilakukan di festival tersebut terkesan tidak manusiawi (binatangwi?). Anjing-anjing malah tersebut disimpan di kandang yang kecil dan sempit yang berisi lebih dari satu anjing sehingga mereka berdesak-desakan, lalu anjing malang itu dicelup ke dalam air panas lalu dikuliti hidup-hidup, mereka yang beruntung hanya dipukul dengan tongkat lalu mati dan melewati proses pencelupan den pengulitan dalam keadaan mati, hal yang sama berlaku untuk kucing. 

Tentu cara yang disinggung terkesan tidak manusiawi, dan berlawanan dengan cara yang diajarkan agama, tetapi di dalam agama saya tidak diperbolehkan untuk memakan anjing dan kucing karena berbagai alasan tapi memangnya ada agama di Indonesia yang memperbolehkan memakan anjing dan kucing? Mengapa saya sebut tidak manusiawi? karena pertama, binatang malang tersebut direbus dalam keadaan hidup yang berarti mereka merasakan rasa sakit yang lumayan, saya sebut lumayan karena saya tidak tahu pasti apa yang mereka rasakan. mereka juga dikuliti hidup-hidup yang berarti mereka makin tersiksa, sebagai perbandingan saja, saya sering merasakan perihnya jika saya terpaksa mencabut kulit membandel di daerah sekitar kuku. Yang kedua, mereka dicuri dari pemiliknya, bayangkan anda tinggal di rumah yang nyaman, diberi tempat tidur, diberi makan dan minum, dan dimandikan secara berkala lalu tiba tiba anda diculik dari rumah anda dan ditempatkan di sebuah kotak sempit yang berisi orang-orang seperti anda berdesakan menunggu maut menanti. peristiwa tersebut bisa dikaitkan dengan holocaust yang dilakukan oleh Nazi kepada orang-orang yahudi, dan tahanan politik Nazi.

Tetapi apakah ada bedanya dengan para sapi, ayam, dan babi yang dilahirkan di dalam peternakan bersifat industri? Mereka lahir, tinggal di kandang yang crowded, bau dan kotor, mereka diberi makanan yang dicampur dengan hormon pembesar, jika sudah besar mereka dibunuh atau beberapa digunakan untuk berbagai kepentingan misalnya bertelur secara rutin yang telurnya bahkan infertil, diperah untuk susunya, atau dijadikan bakal induk yang setelah melahirkan akan dibunuh juga. Bukankah suatu ketidakadilan jika kita hanya membela hak-hak kucing dan anjing tetapi tidak membela mereka yang tertindas oleh industri peternakan? bagaimana jika suatu saat aktivis pecinta ayam membuat kampanye "Chicken is not food"? apakah kita juga suatu saat tidak akan bertemu lagi dengan ayam kari Warteg Pak Mamat? atau tidak makan opor ayam di hari lebaran?

Lalu ada kita, manusia, dan kodratnya sebagai pemuncak di rantai makanan. Tuhan memberikan kita akal dan kemampuan yang luar biasa di atas makhluk hidup lain sehingga lewat evolusi ribuan tahun kita dapat memuncaki rantai makanan. Dahulu, nenek moyang kita bertahan hidup di alam dengan cara memakan apapun yang disuguhkan Tuhan di bumi ini, sampai akhirnya kita menemukan cara untuk berternak. Jadi apabila saya tidak memakan apa yang saya bisa makan, apakah itu akan menjadi insult untuk nenek moyang kita yang dahulu bersusah payah mengangkat derajat umat manusia dan memanjat rantai makanan sehingga kita berada di pucuk?

Tetapi kembali lagi kodrat manusia yang menjunjung tinggi kemanusiaan. Memang manusia ini jenis yang paling aneh, untuk membunuh saja diatur dalam konvensi jenewa. Sebagai pemegang kendali akan bumi sudah seharusnya kita berlaku adil dan bijak dalam berperilaku, baik kepada manusia lain ataupun makhluk lain karena pada dasarnya bumi ini bukan hanya milik manusia tetapi milik makhluk lainnya juga. Di agama saya diajarkan tata cara membunuh hewan untuk dimakan yang baik dan benar, dan sudah seharusnya jika kita ingin memakan seekor hewan ada baiknya kita bunuh dengan cara yang baik dan benar, jangan sampai hewan yang kita makan tersiksa sebelum kita makan, bukankah menyiksa binatang sebelum kita makan akan menjadi beban moral tersendiri untuk kita? ga tau sih, mungkin gua doang.

Saya sendiri pribadi tidak akan memakan anjing dan kucing tetapi berpendapat bahwa boleh saja kita memakan kucing dan anjing asalkan didapat dengan cara yang legal dan diperlakukan secara baik dan manusiawi sebelum diproses menjadi hidangan karena pada dasarnya kita adalah pemuncak rantai makanan dan pemimpin di bumi ini, sebagai pemimpin kita harus berlaku adil dan humanis terhadap semua makhluk hidup.