Jumat, 21 April 2017

Perempuan Tidak Inferior

Isu yang sedang ramai dibicarakan oleh kaum-kaum menengah adalah isu gender. Meskipun semua setuju kalau gender itu ada dua, yang menjadi fokus di isu ini adalah perempuan. Feminisme menjadi ramai kembali karena adanya media sosial. Indonesia termasuk negara yang sedikit terlambat dalam merespon isu-isu gender, karena isu BBM dan isu perut sebenarnya lebih digemari masyarakat grassroots Indonesia.

Saya memiliki dua pandangan yang berbeda dan bertolak belakang akan masalah perempuan. Saya sadar bahwa perempuan bukanlah objek atau benda yang mudah dipakai, atau jika rusak tinggal beli lagi. Saya sadar bahwa perempuan sering kali menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Saya juga sadar bahwa saya bukan perempuan.

Akan tetapi, yang mengganjal di hati saya adalah bagaimana perempuan-perempuan yang memiliki pendidikan tinggi sering menganggap diri mereka lemah. Gerakan feminisme sekarang menurut saya hanyalah membuat perempuan terlihat inferior. Memang banyak isu yang dikeluarkan oleh gerakan-gerakan feminisme sangat relevan, misalnya kasus kekerasan yang sering menimpa perempuan. Akan tetapi, isu-isu yang dikeluarkan oleh kaum feminis terkadang membuat image perempuan menjadi lemah. Isu wage gap yang sedang ramai dibicarakan misalnya, menurut mereka perempuan mendapatkan gaji yang lebih kecil dibanding laki-laki. Ini hanya gambaran secara gamblang, tetapi bukankah gaji ditetapkan atas dasar etos kerja dan hasil? Lagipula banyak sekali perempuan yang mendapatkan gaji yang lebih besar dan posisi yang lebih strategis dibanding laki-laki.

Isu lain adalah persamaan hak. Anda bisa bersyukur anda hidup di zaman seperti sekarang di mana semua orang bebas dan memiliki hak yang sama, tidak pandang gender. Adanya kesetaraan hak juga memang buah dari perjuangan kaum feminis bertahun-tahun lamanya, dan patut kita apresiasi. Bagaimana cara mengapresiasi perjuangan kaum feminis di masa lalu? dengan cara menikmati hasil yang mereka perjuangan. Mungkin di beberapa negara, perempuan masih dianggap kelas dua, tetapi apabila anda hidup di negara maju atau di Indonesia yang sebenarnya tidak maju-maju amat, perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Kedua gender bisa memilih dalam pemilu, kedua gender dapat memiliki pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan employer mereka, kedua gender dapat hidup sejahtera, kedua gender dapat bepergian ke mana saja. Jadi bagian mana yang anda pikir belum setara? apabila poin pekerjaan mengganggu anda, maka pikirkan berapa banyak perempuan yang mau menjadi buruh konstruksi? atau berapa banyak perempuan yang mau menjadi supir truk antar provinsi? hal yang sama bisa saya kaitkan dengan banyaknya perempuan yang menjadi buruh garment.

Yang kaum feminis garis keras belum mengerti adalah perempuan dan laki-laki memiliki morfologi tubuh yang berbeda dan Tuhan memang sudah mendesain kebutuhan masing-masing gender lewat evolusi beribu-ribu tahun. Maka jarang anda temukan perempuan menjadi buruh konstruksi karena memang alam mendesain laki-laki untuk menjadi buruh konstruksi. Jarang juga anda temukan laki-laki bekerja menjadi buruh garment karena alam mendesain perempuan untuk menjadi buruh garment. apabila kaum feminis garis keras menuntut persamaan yang hakiki, maka niscaya tidak akan ada cabang olahraga yang dipisahkan oleh gender. bisa dibayangkan apabila pada tinju atau gulat perempuan harus menghadapi laki-laki.

Yang harus ada pada otak semua orang adalah keadilan, bukan persamaan. perempuan dan laki-laki memang harus memiliki hak yang sama. Tetapi anda harus ingat juga, laki-laki dan perempuan didesain untuk melakukan hal yang berbeda. Tidak semua aspek kehidupan bisa dipenuhi oleh kedua gender. Terkadang memang satu gender lebih superior dibanding gender yang lain, dan hal itu tidak bisa dielakkan. Yang harus diingat adalah tidak ada gender yang lebih inferior dari gender yang lain. Semua orang memiliki fungsi dan perannya masing-masing di dunia, dan seleksi alam serta evolusi sudah mendesain segalanya. Tinggal bagaimana perempuan dan laki-laki memainkan perannya dalam masyarakat.

Fokus kaum feminis seharusnya bukan pada negara maju atau Indonesia. Lihat sekali-sekali ke negara-negara asia selatan yang menganggap perempuan makhluk kelas dua. Lihat ke negara-negara yang tidak memperbolehkan perempuan keluar dari rumah. Lihat ke negara-negara yang tidak memperbolehkan perempuan untuk ikut dalam pemilu. Lihat ke negara-negara yang masih memperbudak perempuan-perempuannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar